Selasa, 13 Desember 2011

Dicari, Pemimpin yang Pintar dan Bijaksana

Pada 12 November 2011 pukul 11:45



Pintar dan Bijaksana, Saya tertarik untuk sedikit menulis tema ini setelah sedikit mencemati tingkah polah para pemimpin Negri ini.
Setiap tahun ratusan ribu sarjana lulus dari berbagai perguruan tinggi. Dari ribuan orang-orang pintar yang terlahir dari berbagai perguruan tinggi tersebut berapa persenkah yang selain pintar juga bijaksana?
Seorang pemimpin haruslah mempunyai sikap bijaksana, dengan kata lain Sikap bijaksana adalah modal utama untuk jadi seorang pemimpin, sikap bijaksana tidak bisa di ciptakan dari hasil pendidikan, dan sikap bijaksana hanya akan di miliki oleh orang-orang yang menggunakan akalnya dengan benar.
Tugas pokok para pemimpin adalah membuat keputusan, memberi bimbingan serta arahan. Dalam setiap pengambilan keputusan, selain diperlukan penguasaan ilmu,pemahaman situasi juga di perlukan sikap yang bijak.Pemimpin yang bijaksana akan mempunyai pendirian yang teguh ,berani mengambil keputusan,tidak peragu dan penuh rasa bimbang.
Apa dan bagaimana Bijaksana itu? Bijaksana adalah keadaan dimana jiwa selalu tenang dan berpikir jernih sebelum berucap dan bertindak. Orang yang bijaksana dapat menentukan sikap secara mandiri dan tidak terlalu mudah terperangkap oleh pandangan dangkal orang lain.
Orang yang bijaksana memiliki pandangan yang jauh terhadap sebuah masalah, orang yang bijaksana selalu melihat masalah dalam konteks yang luas,dan tidak berpikir sempit.
Ketika seorang yang bijak mengambil keputusan, ia tidak akan hanya mementingkan diri sendiri, tapi selalu memikirkan dampak dari keputusanya itu bagi kemaslahatan orang banyak. Mereka tidak berpikir untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek, tapi kemaslahatan jangka panjang.
Bijaksana sebenarnya adalah fitrah manusia, hanya saja fitrah tersebut sering tertutup oleh hawa nafsu, nafsu keuntungan pribadi dan keluarga, nafsu keuntungan jangka pendek dan nafsu ingin jadi penguasa. Singkat kata Tahta, harta dan wanita dalah tiga hal yang berpotensi menghilangkan fitrah manusia untuk bijaksana.
Bijaksana adalah sifat yang bisa dilatih, bisa di pelajari, hanya saja sistim pendidikan kita sepertinya tidak diarahkan untuk menghasilakn lulusan yang bijaksana. Contoh kasus adalah pada sistim evaluasai di sekolah semacam UAN. Siswa diarahkan oleh sistim pendidikan kita untuk meraih nilai tinggi dalam buku raport atau ijzah, jadilah mereka menghalakan segala cara untuk mengejar nilai tersebut, termasuk dengan cara yang tidak bijaksana, mencontek rame-rame dan pembocoran soal ujian misalnya.
Begitu juga sikap mereka setelah lulus, bukan bersyukur dengan memanjatkan doa, mereka malah konvoi keliling kota dengan baju dan rambut yang di coret-coret, dan anehnya hal itu selalu terjadi tiap tahun tanpa ada larangan yang tegas.
Demikian pula sistim kenaikan pangkat pegawai yang salah satu syaratnya adalah ijazah S1 ,S2, beramai-ramailah para pegawai sekolah lagi, positif memang tapi sayangnya sebagian besar pegawai tidak bijaksana, mereka sekolah bukan mengejar ilmu, tapi mengejar ijazah untuk kenaikan pangkat. Efeknya bermunculanlah lembaga pendidikan abal-abal dengan tempat dan sarana alakadarnya
Prilaku siswa sekolah dan para pegawai pemerintah tersebut diatas adalah buah dari kepemimpinan yang tidak bijaksana, kepemimpinan yang tidak memberi teladan. Lalu sampai kapan akan begini? Mari kita merenung dan masing-masing introveksi. Sebenarnya introveksi saja tidak cukup, perlu ada langkah kolektif untuk kebaikan bersama dari hasil intropeksi bersama..
Negri kita tercinta ini dalam keadaan terpuruk karena di pimpin oleh para pemimpin dan politisi yang kurang bijaksana dan tidak memberi teladan dengan sikap bijaksana, untuk bangkit dari keterpurukan tersebut kita harus memberi peluang dalam diri masing-masing agar fitrah bijaksana dalam diri kita dapat kembali kita miliki.


Referensi :Majalah Hidayatullah edisiXXIV

Read more: Dicari, Pemimpin yang Pintar dan Bijaksana

| A Jazi http://jazi.blogdetik.com/index.php/2011/11/11/dicari-pemimpin-yang-pintar-dan-bijaksana/#ixzz1dSlkwr00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar