Selasa, 13 Desember 2011

KRISIS JATI DIRI

Krisis Jati Diri dan Penyebabnya
January 25th, 2009 Dimasukkan pada Kategori Cerita-cerita, Sekilas Info
Jati diri itu apa sih?
Pertanyaan itu selalu menggantung di pikiran Gnupi ketika masih bersekolah di SD dulu. Alasannya, karena di pelajaran PMP (Pendidikan Moral dan Pancasila) kata ‘jati diri’ seringkali terucapkan dan kerap bagian jawaban dari soal di ulangan-ulangan yang diberikan oleh guru saya dulu.
Bila dulu saya bertanya pada orang dewasa tentang apa itu ‘jati diri’, mereka seringkali kesusahan menjawabnya. Biasanya mereka akan menjawab dengan penyederhanaan definisi bahwa jati diri adalah kepribadian kita. Dulu sih saya tidak memperpanjang pertanyaan saya, dan percaya begitu saja. Namun, seandainya saja saat itu saya paham betapa pentingnya menemukan arti dari jati diri tersebut, maka saya akan terus mencari dan mencari pemahaman yang sebenarnya tentang jati diri.
Mengapa jati diri itu penting?
Pertanyaan di atas sangatlah urgent untuk mendapatkan sebuah jawaban. Dengan pemahaman saya yang dangkal ijinkanlah saya berbagi pendapat mengenai arti dari jati diri
Jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita
Sebuah definisi yang cukup panjang yach. Jika ada pembaca yang ingin berkomentar atau menambahkan, kolom komentar di bawah terbuka lebar untuk mendiskusikannya.
Koq tiba-tiba bahas jati diri sih?
Karena saya rasa penting untuk dibahas. Saat ini, banyak sekali saudara kita yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang menawari mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah ‘kebenaran’ mereka masing-masing. Sebuah keadaan yang sering disebut dengan Krisis Jati Diri dalam pergaulan masa kini.
Banyak sekali pemuda Indonesia hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami bentuk jati diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat di dalamnya.
Di artikel ini saya tidak akan berusaha mengemukakan bagaimana seharusnya jati diri itu *guna menghindari konflik berkepanjangan* . Tapi lebih kepada mengapa krisis jati diri terjadi. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh:
Merasa hidupnya selalu diatur
Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan TIDAK pada semua aturan itu.
Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang. Susah? ya jelas susah, lha kita harus bisa meredam ego kita untuk melakukannya
Mengejar penghargaan dari lingkungan
Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka, jadi bagaimana mereka bisa membentuk jati diri seseorang?
Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir di kehidupan seseorang, nah, soal jati diri seseorang itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan, itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang terbaik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang (belum tentu telah menemukan jati dirinya) seumur hidupnya.
Memiliki pandangan sempit dan terbatas terdapat kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi parameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu ‘harta’
Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar